Kamis, 03 Oktober 2013

Syok Hipovolemik

Syok.....not shocked ;) of course . dalam istilah medis diartikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. hehe....bahasa tingkat apa ini???, dalam istilah awam lebih dikaitkan dengan kurangnya aliran darah terutama ke otak dan berbagai organ tubuh lainnya, sehingga fungsinya tidak maksimal, Syok disini diartikan...apabila terjadi kekurangan yang sangat banyak dalam tempo waktu yang sesingkat singkatnya ( remember something !) . Ibarat kalo bawa motor .... bisa dianalogikan kehabisan bensin . so....harus dorong deh ;).

In Human life ...SYok adalah suatu kondisi gawat darurat serius , yang harus segera ditanggulangi. harus cepat dan tepat .
Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera.

        Penyebab syok hipovolemik

Syok hipovolemik (berkurangnya volume sirkulasi darah):
  (a) Kehilangan darah, misalnya perdarahan; 
  (b) Kehilangan plasma, misalnya luka bakar; dan
 (c) Dehidrasi: cairan yang masuk kurang (misalnya puasa lama), cairan keluar yang banyak (misalnya               diare, muntah-muntah, fistula, obstruksi usus dengan penumpukan cairan di lumen usus).

Penatalaksanaan
Pasang satu atau lebih jalur infus intravena . Infus dengan cepat larutan kristaloid atau kombinasi larutan kristaloid dan koloid sampai vena (v. jugularis) yang kolaps terisi. Sementara, bila diduga syok karena perdarahan, ambil contoh darah dan mintakan darah. Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus harus dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah udem paru, terutama pasien tua. Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai terjadi kelebihan cairan.
Pemantauan yang perlu dilakukan dalam menentukan kecepatan infus:

Nadi: nadi yang cepat menunjukkan adanya hipovolemia.
Tekanan darah: bila tekanan darah < 90 mmHg pada pasien normotensi atau tekanan darah turun > 40 mmHg pada pasien hipertensi, menunjukkan masih perlunya transfusi cairan.
Produksi urin. Pemasangan kateter urin diperlukan untuk mengukur produksi urin. Produksi urin harus dipertahankan minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya hipovolemia. Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. Bila volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk mempertahankan produksi urine. Dopamin 2--5 µg/kg/menit bisa juga digunakan pengukuran tekanan vena sentral (normal 8--12 cmH2O), dan bila masih terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan ekstremitas dingin, menunjukkan masih perlu transfusi cairan.

            

Senin, 31 Oktober 2011

Jenis - jenis cairan infus

Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:
  1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
  4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
  5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
  6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
  7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain:
  1. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
  2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
  3. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
  4. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
  5. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous Cannulation)
  1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).
  2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.
  3. Pemberian kantong darah dan produk darah.
  4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
  5. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
  6. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena
  1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
  2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
  3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:
  1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
  2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
  3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
  4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:
• Rasa perih/sakit
• Reaksi alergi
Jenis Cairan Infus:

  1. Cairan hipotonik:
osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

  1. Cairan Isotonik:
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
  1. Cairan hipertonik:
osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
  1. Kristaloid:
bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
  1. Koloid:
ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.



JENIS-JENIS CAIRAN INFUS
ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
  • Na 130 mEq
  • K 4 mEq
  • Cl 109 mEq
  • Ca 3 mEq
  • Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
    1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati
    2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
    3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran
    4. Mempunyai efek vasodilator
    5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral
KA-EN 1B

Indikasi:
  1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
  2. < 24 jam pasca operasi
  3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
  4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
  1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
  2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
  3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
  4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
  1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
  2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
  3. Mensuplai kalium 20 mEq/L
  4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
  1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
  2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
  3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
  • Na 30 mEq/L
  • K 0 mEq/L
  • Cl 20 mEq/L
  • Laktat 10 mEq/L
  • Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
  1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
  2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
  3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
    • Na 30 mEq/L
    • K 8 mEq/L
    • Cl 28 mEq/L
    • Laktat 10 mEq/L
    • Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
  1. Untuk resusitasi
  2. Kehilangan Na > Cl, misal diare
  3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
  1. Resusitasi
  2. Suplai ion bikarbonat
  3. Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
  1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
  2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
  3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
  4. Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
  1. Stres metabolik berat
  2. Luka bakar
  3. Infeksi berat
  4. Kwasiokor
  5. Pasca operasi
  6. Total Parenteral Nutrition
  7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
  1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
  2. Penderita GI yang dipuasakan
  3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
  4. Stres metabolik sedang
  5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G
Indikasi:
  1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
  2. Nitrisi dini pasca operasi
  3. Tifoid

GIZI BURUK ATAU KURANG ENERGII PROTEIN



Latar belakang
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia ( SDM ). Kekurangan gizi kan menyebabkan beberapa efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik, penurunan perkembangan kecerdasan, penurunan produkitivitas, penurunan daya tahan terhadap penyakit serta meningkatkan resiko kesakitan dan kematian 
Gizi buruk atau sering disebut dengan KKP atau Kurang Kalori Protein yang merupakan salah satu penyakit kekurangan gizi yang penting di Indonesia dan banyak negara berkembang. Prevalensi tinggi terutama terdapat pada anak-anak bawah umur lima tahun (balita), mulai dari KKP ringan sampai yang berat 
Dampak jangka panjang sangat penting untuk diketahui karena KKP yang diderita pada umur muda mempengaruhi sistem saraf pusat, terutama kecerdasan. Faktor yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui ada tidaknya perubahan organ permanen seperti pada jantung, pankreas,  hati dan sebagainya yang dapat memperpendek umur 

Definisi
Kurang Kalori Protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi kalori dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak mencukupi Angka kecukupan Gizi (AKG) (5).

Klasifikasi
Secara umum KKP dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1.             KKP ringan, bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna kuning diatas garis merah, atau BB/U 70%- 80%baku median WHO- NCHS.
2.                KKP sedang, bila hasil penimbangan berat badan pada kMS berada dibawah garis merah (BGM) atau BB/U 60%- 70% baku median WHO- NCHS.
3.                KEP berat bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO- NCHS.
Selain itu ada juga digunakan klasifikasi berdasarkan klsifikasi menurut Gomez, menurut Wellcome Trust, dan menurut Mc Laren.

Etiologi
Gizi buruk/ KKP disebabkan oleh banyak factor antara lain :
1.      Diet
Pemberian diet yang salah bukan hanya menyangkut kuantitas tapi juga kualitas dan cara pemberian makanan yang benar. Teori klasik menyatakan  bahwa jumlah diet yang kuranglah yang menyebabkan timbulnya gizi buruk, namun ini tidak menjadi pegangan lagi pada saat ini.
2.      Faktor sosial
Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu  yang telah berlangsung turun temurun mempengaruhi terjadinya gizi buruk. Adanya pendidikan yang rendah juga sangat mempengaruhi terjadinya gizi buruk.selain itu angka perceraian juga mempengaruhi tingginya angka kasus terjadinya gizi buruk, selain itu kesibukan para wanita sebagai maita karir juga snagat mempengaruhi.
3.      Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk mempengaruhi timbulnya gizi buruk karena adanya peningkatan kepadatan akan menyebabkan tersedianya makanan akan juga berkurang. Selain itu kepadatan penduduk juga akan mempengaruhi tengginya factor lain yaitu infeksi yang mempengaruhi peningkatan kasus gizi buruk.
4.      Infeksi
Infeksi dapat memperburuk keadaan gizi, menyebabkan gangguan metabolisme dan meningkatkan kebutuhan zat gizi. Kekurangan zat gizi dapat menimbulkan terjadinya penurunan sistim kekebalan tubuh terhadap infeksi.
5.      Penyakit Kronik
Anak yang menderita penyakit kronik mempunyai resiko untuk menderita gizi buruk karena adanya gangguan nafsu makan, sehingga intake makanan tidak adekuat. Adanya inflamasi yang lama menyebabkan kebutuhan kalori yang meningkat (6).

Manifestasi Klinis
Awalnya orang tua  membawa anaknya ke pusat kesehatan bukan dengan keluhan gizi buruknya tapi biasanya dengan penyakit penyerta seperti diare, batuk dan keluhan lainnya.
Gejala klinis yang berat sering ditemukan pada KKP berat yaitu adanya tanda-tanda kwashiorkor atau marasmus. Adapun tanda-tanda kwashiorkor yaitu 
1.      Edema seluruh tubuh terutama tungkai
2.      Wajah membulat dan sembab
3.      Otot-otot mengecil
4.      Perubahan status mental
5.      Anoreksia
6.      Hepatomegali
7.      Adanya infeksi, anemia, dan diare
8.      Rambut kusam dan mudah dicabut
9.      Crazy pavement dermatosis
10.  Pandangan tampak sayu
Sedangkan tanda-tanda-tanda dari marasmus yeitu 
1.      Anak sangat kurus
2.      Wajah seperti orang tua
3.      Cengeng, rewel
4.      Perut cekung
5.      Kulit keriput
6.      Sering mengalami diare berulang
7.      tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang

Diagnosis
1.      Anamnesis
Dengan anannesis yang baik akan diperoleh informasi tentang riwayat nutrsi anakselama dalam kandungan, saat kelahiran, keadaan waktu lahir, penyakit dan kelainan yang diderita, data imunisasi dan data keluarga 
2.      Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik yang cermat akan bisa didapat tanda- tanda yang mengarah pada gizi buruk seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Biasanya anak datang ke RS bukan dengan keluhan gizi buruknya tapi dengan penyakit penyerta, dan dengan pemeriksaan fisik sistemik didapat adanya gejala- gejala gizi buruk.

3.      Laboratorium
a.       Pemeriksaan darah
Biasanya anak dengan gizi buruk disertai dengan anemia, leukositosis (yang merupakan isyarat adanya infeksi), atau kelainan darah lain yang menunjukkan adanya penyakit penyerta. Pada biokimiawi darah didapat juga adanya penurunan kolesterol, glukosa dan protein albumin.
b.      Pemeriksaan feses
Umumnya pada anak dengan gizi buruk disertai dengan diare.

Penatalaksanaan Gizi Buruk
Penatalaksanaan gizi buruk secara prinsip sesuai dengan derajat gizi buruk yang diderita dan terapi penyakit penyerta. Berdasarkan derajat gizi buruk terdiri atas :
1.      KKP ringan
- Penyuluhan gizi/ nasehat pemberian makanan di rumah
- Dianjurkan pemberian ASI eksklusif ( bayi <4 bulan), dan terus memberikan ASI sampai umur 2 tahun
- Bila dirawat disesuaikan dengan penyakit yang diderita
2.    KKP sedang
- Rawat jalan, nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan pemberian ASI, selalu pantau kenaikan berat badan
- Pemberian makanan tinggi kalori dan protein dengan kebutuhan 20%- 50% diatas angka kecukupan gizi. Diet sesuai dengan penyakit penyerta dan dipantau berat badannya setiap hari.
3.    KKP berat
Lakukan 10 langkah pengobatan KKP berat yang terdiri atas (8):
-          Atasi/ cegah hipotermi
-          Atasi/ cegah hipoglikemi
-          Atasi/ cegah dehidrasi
-          Koreksi gangguan keseimbangan elekterolit
-          Obati/ cegah infeksi
-          Mulai pemberian makanan
-          Koreksi pemberian mikronutrien
-          Perhatikan tumbuh kejar ( catch up gromth )
-          Lakukan stimulus sensorik dan dukungan emosional
-          Tindak lanjut di rumah
Untuk penyakit penyerta :
-          Defisiensi vitamin A
Berikan vitamin A per oral sesuai dosis
-          Parasit/ cacing
-          Diare
Lakukan penanganan diare sesuai dengahn derajat diare.
-          Tuberkulosis
Lakukan uji Mantoux, bila positif obati dengan protap TB.
-          Anemia
Lakukan transfusi darah segar 10 ml/ kgBB dalam 3 jam bila Hb <4g/ dL.
 




Jumat, 21 Oktober 2011

Cardiac Heart Failure / Gagal Jantung

Pernah dengar Cardiac Heart Failure???? atau lebih singkatnya di kenal dengan istilah CHF.
duwhh..... atau anda samar - samar  anda  mengeryit, mungkin anda pernah dengar , tapi ga terlalu tau pasti itu apa. yuk .....kita bahas sedikit tentang cardiac heart failure.
kalo kita lagi ngomongin CHF, pastinya anda bakalan keingat ama organ kecil yang selalu  berdetak tiap detik ditubuh  anda, atau mungkin juga anda tidak menyadarinya. Jantung merupakan organ yang terpenting dalam sistem sirkulasi.Pekerjaan jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh pada setiap saat, baik saat beristirehat maupun saat bekerja atau menghadapi beban
                Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi mampu memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

                Gagal jantung kongestif adalah masalah kesehatan di seluruh dunia.Harapan hidup pasien setelah 5 tahun sekitar 50%. Penyakit ini juga tidak berhubungan dengan jenis kelamin, tetapi pada wanita biasanya terjadi pada usia tua. Biasanya pada usia di atas 65 tahun lebih besar kemungkinan terkena.
gejala- gejala awal gagal jantung ditandai dengan Kriteria Framingham yang umum  dipakai untuk diagnosis gagal jantung kongestif.
Kriteria Major :
                Parosismal nocturnal dispnea (  sering terjaga di malam hari karena sesak nafas )
                Distensi vena leher
                Rhonki paru
                Kardiomegali
                Edema paru akut
                Gallop S3
                Peninggian tekanan vena jugularis
                Refluks hepatojugular
Kriteria Minor :
                Edema ekstremitas
                Batuk malam hari
                Dispneu d’effort
                Hepatomegali
                Efusi pleura
                Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
                Takikardia (> 120/menit)
Major atau Minor :
                Penurunan BB > 4.5kg dalam 5 hari pengobatan

Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria major dan 2 kriteria minor
.
mungkin anda yang tidak berlatar belakang medis sedikit bingung dengan kriteria Framingham ini, tapi bisa saya singkat, kalo anda mengalami gejala sering sesak nafas di malam hari, atau kelelahan dengan pekerjaan yang ringan. atau ada tanda - tanda seperti kaki yan bengkak ( udem ), nadi ang meningkat. ada baiknya anda segara konsultasikan dengan dokter terdekat. Semakin cepat diketahui, semakin cepat penanganan, semakin baik prognosis.